Pernahkah anda bertanya seperti apa burung garuda itu,lambang negara Indonesia inilah yang sampai sekarang masih menjadi misteri.
Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh
ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk
menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap
satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian
disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya
sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya
dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958
.Para ahli burung sudah lama mencari burung yang dianggap mewakili
keperkasaan dan sifat burung Garuda. Gambar lambang negara Indonesia
hanya memberi petunjuk burung Garuda adalah burung berjambul.
Selebihnya, sifat burung Garuda digambarkan para pendiri negara
Indonesia berdasar dongeng Mahabarata.
Dari sekian banyak burung Indonesia, ada satu burung yang dianggap
memiliki ciri-ciri burung Garuda.
burung Elang Jawa adalah yang paling mendekati.
Gambar di atas adalah
elang Jawa yang mirip dengan lambang Garuda,namun sungguh menyedihkan karena
Burung yang menjadi lambang negara Indonesia itu kini diambang
kepunahan.
Saat ini, populasi burung yang memiliki nama latin
Nisaetus Bartelsi itu tinggal sekira 200 ekor di Pulau Jawa. Sementara
di hutan lerang Gunung Merapi hanya tertinggal lima ekor. Guna menambah
populasi, seekor Burung Elang Jawa jantan dilepasliarkan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada 26 Februari
2012. Burung itu berhasil hidup di ekosistem aslinya di hutan lereng
Gunung Merapi.
"Di Merapi ini populasi ada lima ekor dan ditambah
satu ekor yang dilepas beberapa waktu lalu. Kalau kami katakan, upaya
pelepas liaran burung dengan habitat asli hutan Merapi tersebut cukup
berhasil. Dan saat ini burung tersebut berhasil hidup di kawasan
Merapi," kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman
Nasional Gunung Merapi (TNGM) Asep Nia Kurnia, Selasa (28/5).
Menurutnya,
sepekan pascadilepaskan di lereng Merapi, Elang Jawa atau Nisaetus
Bartelsi di kawasan TNGM Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman tersebut sempat kesulitan cari makanan. "Saat
itu terpantau elang turun ke pemukiman warga dan sempat memangsa
beberapa ekor ayam," katanya.
Ia mengatakan, namun setelah itu
burung terpantau sudah kembali ke hutan Merapi dan tidak pernah turun
lagi ke permukiman warga. "Burung tersebut berhasil hidup di hutan
lereng Merapi. Untuk makanan sudah bisa berburu tikus hutan atau ular
hutan," tuturnya menjelaskan.
Asep berharap burung Elang Jawa
jantan yang berhasil dilepasliarkan tersebut dapat membantu mempercepat
menambah populasi burung asli Merapi tersebut. "Sebelumnya populasi
Elang Jawa di Merapi tinggal lima ekor, dan saat ini menjadi enam ekor.
Kami akan terus memantau perkembangannya. Mudah-mudahan segera dapat
membantu perkembangbiakan Elang Jawa lereng Merapi," ujarnya berharap.
Elang
Jawa berjenis kelamin jantan tersebut telah menjalani rehabilitasi
selama dua tahun di Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY), Kabupaten
Kulon Progo. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta Ammy
Nurwati mengatakan alasan pelepasan Elang Jawa di Lereng Merapi ini
karena hutan wilayah ini memiliki karakter yang cocok untuk Elang Jawa.
"Selain
itu alasan lain adalah di kawasan lereng Merapi ini terpantau ada Elang
Jawa betina, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan populasi,"
katanya mengakhiri.
semuga bisa nambah wawasan kita.