Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh
ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk
menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap
satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian
disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya
sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
.Para ahli burung sudah lama mencari burung yang dianggap mewakili
keperkasaan dan sifat burung Garuda. Gambar lambang negara Indonesia
hanya memberi petunjuk burung Garuda adalah burung berjambul.
Selebihnya, sifat burung Garuda digambarkan para pendiri negara
Indonesia berdasar dongeng Mahabarata.
Dari sekian banyak burung Indonesia, ada satu burung yang dianggap
memiliki ciri-ciri burung Garuda.
burung Elang Jawa adalah yang paling mendekati.
Gambar di atas adalah elang Jawa yang mirip dengan lambang Garuda,namun sungguh menyedihkan karena Burung yang menjadi lambang negara Indonesia itu kini diambang kepunahan.
Saat ini, populasi burung yang memiliki nama latin Nisaetus Bartelsi itu tinggal sekira 200 ekor di Pulau Jawa. Sementara di hutan lerang Gunung Merapi hanya tertinggal lima ekor. Guna menambah populasi, seekor Burung Elang Jawa jantan dilepasliarkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada 26 Februari 2012. Burung itu berhasil hidup di ekosistem aslinya di hutan lereng Gunung Merapi.
"Di Merapi ini populasi ada lima ekor dan ditambah satu ekor yang dilepas beberapa waktu lalu. Kalau kami katakan, upaya pelepas liaran burung dengan habitat asli hutan Merapi tersebut cukup berhasil. Dan saat ini burung tersebut berhasil hidup di kawasan Merapi," kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Asep Nia Kurnia, Selasa (28/5).
Menurutnya, sepekan pascadilepaskan di lereng Merapi, Elang Jawa atau Nisaetus Bartelsi di kawasan TNGM Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman tersebut sempat kesulitan cari makanan. "Saat itu terpantau elang turun ke pemukiman warga dan sempat memangsa beberapa ekor ayam," katanya.
Ia mengatakan, namun setelah itu burung terpantau sudah kembali ke hutan Merapi dan tidak pernah turun lagi ke permukiman warga. "Burung tersebut berhasil hidup di hutan lereng Merapi. Untuk makanan sudah bisa berburu tikus hutan atau ular hutan," tuturnya menjelaskan.
Asep berharap burung Elang Jawa jantan yang berhasil dilepasliarkan tersebut dapat membantu mempercepat menambah populasi burung asli Merapi tersebut. "Sebelumnya populasi Elang Jawa di Merapi tinggal lima ekor, dan saat ini menjadi enam ekor. Kami akan terus memantau perkembangannya. Mudah-mudahan segera dapat membantu perkembangbiakan Elang Jawa lereng Merapi," ujarnya berharap.
Elang Jawa berjenis kelamin jantan tersebut telah menjalani rehabilitasi selama dua tahun di Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY), Kabupaten Kulon Progo. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta Ammy Nurwati mengatakan alasan pelepasan Elang Jawa di Lereng Merapi ini karena hutan wilayah ini memiliki karakter yang cocok untuk Elang Jawa.
"Selain itu alasan lain adalah di kawasan lereng Merapi ini terpantau ada Elang Jawa betina, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan populasi," katanya mengakhiri.
semuga bisa nambah wawasan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar