Rabu, 26 Juni 2013

Misteri Banyaknya Kematian Remaja di Jepang


Sibuknya remaja Jepang baik di sekolah, pergi ke pesta dan tempat hiburan, tidak menjamin mereka bahagia dan tidak kesepian. Majunya teknologi tanpa disertai keimanan ternyata fatal akibatnya. Rasa kesepian ini bila dibiarkan akan menjadi akut dan meningkat pada keinginan untuk bunuh diri

Hampir satu diantara tiga atau 29,8 persen remaja Jepang menyatakan setuju dengan kalimat yang mengatakan "Saya merasa kesepian" yang diikuti oleh remaja Eslandia 10,2 persen

Hampir satu diantara tiga atau 29,8 persen remaja Jepang menyatakan setuju dengan kalimat yang mengatakan "Saya merasa kesepian" yang diikuti oleh remaja Eslandia 10,2 persen demikian menurut laporan hasil survei yang meliputi 24 dari kumpulan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan, OECD dengan jumlah total anggotanya 25 negara. Perancis dan Inggris memperoleh angka yang lebih rendah yaitu 6,4 persen dan 5,4 persen.

Jepang juga menduduki tempat teratas remaja usia 15 tahun yang merasa "salah tingkah dan salah tempat" dengan perolehan angka 18,1 persen diikuti Belgia ditempat kedua dengan angka 15,6 persen Jadi sekitar 30% remaja di Jepang mengalami kekosongan batin di tengah hura-hura gemerlap dunia mereka yang seolah-olah ingin meniru budaya barat secara membabi buta. Kesepian disini bisa bermakna tidak dipenuhinya kebutuhan psikologis untuk bertemu dengan orang-orang yang dicintai.

Jepang sebenarnya mengalami kemunduran di bidang sosial sebagai imbalan akan kemajuannya. Berbagai penyakit psikologis telah menghantui masyaratat Jepang, karena tingkat stress yang semakin tinggi.

 Bagi warga yang tidak bisa bertahan, mereka akan mengambil jalan pintas dengan mengahkiri hidupnya sendiri dengan anggapan, semakin cepat mereka lepas dari tekanan.



Selain itu, kemajuan juga telah mengubah cara bergaul pada masyarakatnya. Penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah, serta tingkat pergaulan yang tanpa batas. Bagi korban penindasan, mereka akan menjadi orang yang pendiam, tapi tetap terjun di masyarakat atau malah mengahkiri hidupnya. Terdapat juga orang yang akhirnya menarik diri dari pergaulan, orang-orang inilah yang dijuluki dengan "Hikikomori".

Hikikomori berasal dari kata menarik diri. Kebanyakan hikikomori adalah laki-laki, walau ada juga yang perempuan. Faktor penyebabnya tidak begitu jelas, namun kebanyakan publik menyalahkan faktor keluarga, dimana hilangnya figur seorang ayah yang bekerja dari pagi hingga larut malam, yang akhirnya tidak sempat melakukan interaksi dengan anaknya, serta ibu yang dianggap terlalu memanjakan anaknya (mungkin karena jumlah anak yang dimiliki keluarga Jepang itu sedikit).

Tekanan akademik di sekolah, pelecehan di sekolah (school bullying), dan video game di Jepang yang luar biasa menggoda. Mungkin bisa di bilang mereka menarik diri dari tekanan kompetisi pelajar, pelaku ekonomi atau pekerja di negara yang luar biasa kompetisi-nya.

Jumlah pastinya tidak diketahui secara kongkrit, ada yang menghitung sekitar 1 persen dari populasi. Ini berarti sekitar 1 juta orang Jepang hikikomori. Hitungan yang lebih konservatif berkisar antara 100 ribu dan 320 ribu orang yang hikikomori. Mereka biasanya berusia 13-14 tahun.Jadi pellu di syukuri kita sebagai warga Indonesia,yang adem ayem..

Tidak ada komentar:

BACA JUGA

  • SUPAYA DIKENAL BAIK GURU - Wuich siapa juga yang gak pengen dikasihani guru, Biasanya klo ulangan semester nilainya jelek pasti di angkat klo ada info terbaru selalu diberitahu......
    11 tahun yang lalu
  • MOTORKU MACET DI KUBURAN MANGISAN - Aku ingat betul malem itu,malem rabu legi.ketika itu pukul 20.00 malam aku menghadiri acara khitanan anak temanku sumarno ia tinggal di singocandi kota k...
    11 tahun yang lalu
  • - Rp 250000 jaket kawasaki model baru
    11 tahun yang lalu