Misteri Banyaknya Kematian Remaja di Jepang
Sibuknya remaja Jepang baik di sekolah, pergi ke
pesta dan tempat hiburan, tidak menjamin mereka bahagia dan tidak kesepian.
Majunya teknologi tanpa disertai keimanan ternyata fatal akibatnya. Rasa
kesepian ini bila dibiarkan akan menjadi akut dan meningkat pada keinginan
untuk bunuh diri
Hampir satu diantara tiga atau 29,8 persen remaja
Jepang menyatakan setuju dengan kalimat yang mengatakan "Saya merasa
kesepian" yang diikuti oleh remaja Eslandia 10,2 persen
Hampir satu diantara tiga atau 29,8 persen remaja Jepang
menyatakan setuju dengan kalimat yang mengatakan "Saya merasa
kesepian" yang diikuti oleh remaja Eslandia 10,2 persen demikian menurut
laporan hasil survei yang meliputi 24 dari kumpulan negara-negara yang
tergabung dalam Organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan, OECD dengan
jumlah total anggotanya 25 negara. Perancis dan Inggris memperoleh angka yang
lebih rendah yaitu 6,4 persen dan 5,4 persen.
Jepang juga menduduki tempat teratas remaja usia 15
tahun yang merasa "salah tingkah dan salah tempat" dengan perolehan
angka 18,1 persen diikuti Belgia ditempat kedua dengan angka 15,6 persen Jadi
sekitar 30% remaja di Jepang mengalami kekosongan batin di tengah hura-hura
gemerlap dunia mereka yang seolah-olah ingin meniru budaya barat secara membabi
buta. Kesepian disini bisa bermakna tidak dipenuhinya kebutuhan psikologis
untuk bertemu dengan orang-orang yang dicintai.
Jepang sebenarnya mengalami kemunduran di bidang
sosial sebagai imbalan akan kemajuannya. Berbagai penyakit psikologis telah
menghantui masyaratat Jepang, karena tingkat stress yang semakin tinggi.
Bagi warga
yang tidak bisa bertahan, mereka akan mengambil jalan pintas dengan mengahkiri
hidupnya sendiri dengan anggapan, semakin cepat mereka lepas dari tekanan.
Selain itu, kemajuan juga telah mengubah cara bergaul pada masyarakatnya.
Penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah, serta tingkat pergaulan yang
tanpa batas. Bagi korban penindasan, mereka akan menjadi orang yang pendiam,
tapi tetap terjun di masyarakat atau malah mengahkiri hidupnya. Terdapat juga
orang yang akhirnya menarik diri dari pergaulan, orang-orang inilah yang
dijuluki dengan "Hikikomori".
Hikikomori berasal dari kata menarik diri. Kebanyakan hikikomori adalah
laki-laki, walau ada juga yang perempuan. Faktor penyebabnya tidak begitu
jelas, namun kebanyakan publik menyalahkan faktor keluarga, dimana hilangnya
figur seorang ayah yang bekerja dari pagi hingga larut malam, yang akhirnya
tidak sempat melakukan interaksi dengan anaknya, serta ibu yang dianggap
terlalu memanjakan anaknya (mungkin karena jumlah anak yang dimiliki keluarga
Jepang itu sedikit).
Tekanan akademik di sekolah, pelecehan di sekolah (school bullying), dan video
game di Jepang yang luar biasa menggoda. Mungkin bisa di bilang mereka menarik
diri dari tekanan kompetisi pelajar, pelaku ekonomi atau pekerja di negara yang
luar biasa kompetisi-nya.
Jumlah pastinya tidak diketahui secara kongkrit, ada yang menghitung sekitar 1
persen dari populasi. Ini berarti sekitar 1 juta orang Jepang hikikomori.
Hitungan yang lebih konservatif berkisar antara 100 ribu dan 320 ribu orang
yang hikikomori. Mereka biasanya berusia 13-14 tahun.Jadi pellu di syukuri kita
sebagai warga Indonesia,yang
adem ayem..
BACA JUGA
-
SUPAYA DIKENAL BAIK GURU
-
Wuich siapa juga yang gak pengen dikasihani guru,
Biasanya klo ulangan semester nilainya jelek pasti di angkat
klo ada info terbaru selalu diberitahu......
11 tahun yang lalu
-
MOTORKU MACET DI KUBURAN MANGISAN
-
Aku ingat betul malem itu,malem rabu legi.ketika itu pukul 20.00 malam aku
menghadiri acara khitanan anak temanku sumarno ia tinggal di singocandi
kota k...
11 tahun yang lalu
-
-
Rp 250000
jaket kawasaki model baru
11 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar